LELAKI HARIMAU

Hasanuddin Arbi
2 min readOct 2, 2020

--

Pengarang: Eka Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Ketiga, Desember 2015

ISBN: 978–602–03–2465–4

Membaca novel ini, seperti menikmati serial Game of Thrones season 8. Rasanya tak ingin dijeda barang sejenak. Ceritanya tentang seorang anak bernama Margio yang membunuh Anwar Sadat dengan gigitan di leher hingga mampus. Setengah dagingnya lepas, urat-urartnya putus . Mengerikan. Kemudian cerita ini berkembang mencari musabab pembunuhan itu. Seru sekali.

Eka Kurniawan begitu apik mengajak pembaca dengan melayarkan ceritanya bagai mengarungi laut tak bertepi yang menyimpan kebenaran2 tak terduga atau kejutan-kejutan yang bikin geleng kepala. Novel ini agak mirip dengan gaya berceritanya Toni Morrison dalam novelnya "Mata Paling Biru" yang menguak muasal tokohnya dari belakang atau alur mundur yang mengupas kejadian sedikit demi sedikit. Kadang membuat saya bertanya, kadang memang tak berarti apa-apa. Sebab alasan Margio membunuh dengan gigitan disimpan jauh di belakang, sedangkan jawaban di permukaan karena ada "harimau dalam dirinya."

Lelaki Harimau menyajikan pergolakan psikis Margio yang "entahlah" memutuskan untuk mengambil nyawa Anwar Sadat. Padahal, dalam realitas kehidupannya, Margio adalah anak baik yang sering terlelap di surau, mengikuti kelompok berburu Mayor Sadrah, perawakan moral yang taat, pendiam, dan tak banyak tingkah. Sisi inilah yang memperkuat cara Eka menyampaikan bahwa dalam diri manusia yang tampak, ternyata bersemayam harimau dalam dirinya yang dapat bangun kapan saja untuk melindungi insting purbanya; survive.

Dan pada segi bahasa, harus diakui bahwa Eka Kurniawan sangat kompeten menempatkan dan menautkan diksi. Seolah sedang kepalang mabuk cerita, ia memainkan ironi dan parodi, serta majas lain dari yang surealis menjadi realis.

Bernard Batubara mengatakan, "membaca novel-novel Eka Kurniawan adalah membaca karya-karya pengarang dunia di dalam satu buku." Saya sependapat, dalam novel ini, saya menemukan GGM, kadang Kundera, dan sebagainya yang menyiratkan kekayaan interteksnya. Wah!

--

--

Hasanuddin Arbi
Hasanuddin Arbi

Written by Hasanuddin Arbi

bercermin pada laut, tafakur pada langit.

No responses yet